Skip to main content

Lelaki : Selamat Datang Juli

Biasanya, saya tidak pernah terlalu menghiraukan dengan pergantian bulan-bulan dalam setahun. Dari semenjak saya bisa mengingat penanggalan kalender, bulan-bulan itu berjalan sangat teratur, dalam ritme yang sama. Hanya sehari dalam empat tahun, yang berbeda. Selebihnya, dia berjalan seperti robot yang berputar-putar dalam garis imajiner lingkaran yang tidak pernah berujung. 

Mengapa Juli? 
Ini adalah bulan saya dilahirkan, lebih tiga puluh tahun yang lalu. Bukan angka yang sedikit memang. Untuk sebagian orang, ini adalah berkah dan kutukan. Ini seperti gerbang, dimana taman bunga dan jurang yang dalam menganga, pada tempat bersamaan. Keharmonisan dan keselarasan dalam usia ini, meningkat. seiring dengan kecakapan kita membaur dengan lingkungan, yang bahkan tidak pernah kita sadari sudah datang. Itu seperti taman bunga bukan? Dan disisi yang lain, dia seperti menghadirkan frustasi yang dalam. Ngeri yang berlebihan, serta ledakan emosi yang menghantam segala syaraf, mulai dari kecewa, putus asa, gelisah, dan lain-lain. Takut menghadapi keriput dan uban yang tiba-tiba muncul, serta banyak hal lagi.

Begitu banyak yang terjadi dibulan Juli, masa-masa yang lalu. Satu persatu ia seperti luka kering dikulit, yang sembuh tapi berbekas. Kadang kala, kita bosan melihat bekas itu lagi-itu lagi, tapi seberapa kuat kita mencoba menghilangkannya, toh ia tetap ada dalam benak yang memang lebih sulit  untuk dicuci ketimbang rambut.

Dan, saya menyambut Juli dengan suka cita selalu. Tanpa embel-emel dramatik yang alay, atau lebay. Juli akan mengalir apa adanya. Seperti tahun-tahun kemarin. (bmkr/0712)

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny