Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny
awaass.. kecapiiittt iiimmmmm... hehheee
ReplyDelete**kepiting kaleeee.. kecapit..!! hehee
Santi melet ngapan tuh hehe
ReplyDeleteKing Cobra Narsis hahahaha....
ReplyDeleteRedi makan mulu...hihi
ReplyDeleteTUh kan Redi hehe
ReplyDeletewah.. makasih berat dah di upload mas.. :D .. kuposting ke MP ku ya.. hehehe...
ReplyDeletemonggo mas...kalo mo minta Hi Res nya dateng ke kantor aja...wakak...gratis lah!!
ReplyDeleteredi mah...klo gak makan, ya ... katro!!!
ReplyDeleteeh, ada bule juga....
ReplyDelete*sayang kemarin gw batal ikut.... Huuuuuuuh...!
Euleuh.. neneng ike itu nuju naon? heuheueheu..
ReplyDeleteKalo diliat-liat kayak kembar ya immm... :))
ReplyDeleteselem dechsama king kobra
ReplyDelete