Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2011

Lelaki ; Kenapa Harus?

hidup itu, bisa nunggu kan?  kita bisa aja nunggu bus yang datang berikutnya kalo pas lagi antri di halte busway yang kosong. tinggal suka-suka kita aja. mao sampe duluan, tepat waktu, atau terlambat. ya, semua ada resikonya pasti. kalo kecepetan, pasti disangka rajin banget. kalo pas waktu, sering disebut perfecsionist, nah yang hobynya telat, resikonya ga dipercaya sama orang. tapi, kalo urusan perasaan? bisa gitu kalo nunggu? entahlah.  terakhir, yang terasa adalah, ketika pernyataan yang seharusnya diucapkan tahun lalu, tapi baru sekarang keluar, berbuah penolakan halus dengan alasan yang... yaah.. masuk akal. sangat logis. tapi, kan kita kudu pisahin antara logika dan hati kan. itu susahnya. pada suatu hari, kita lahir dah kayak motivator handal. ngerti gimana nangainin semua hal yang ditanya sama kawan-kawan atau siapapun yang lagi "galau".  udah kayak ustadz yang ngeluarin semua kutipan hadis dan kitab, dah kayak filusuf yang ngeluarin semua kata-kata bijak, yang nam

Lelaki : Dunia Yang Hilang

S aya pernah, menelusur lebih dari sepuluhkilo meter, dari pagi hari hingga petang, di bibir pantai. Bercumbu dengan obak yang tidak pernah berhenti mendebum dipasir putih. Kulit saya gosong, perih. Namun kemudian, menceburkan diri dibening laut adalah pilihan yang menyenangkan. Kemudian, mendirikan tenda, membakar api unggun. Diri yang letih, lunglai dihajar angin laut yang dingin. Alih-alih masuk dalam hangatnya tenda, saya malah berbaring diatas pasir, menatap bintang-bintang yang tak terhingga banyaknya. Suara ombak yang pecah dipasir, deru angin, itulah nyanyian alam paling merdu. Pada kesempatan yang lain, saya pernah mengarungi lebat hutan. Bermodal peta dan kompas, tanpa pernah sekalipun menginjak tempat ini. Hanya cerita dari mulut-ke mulut. Hanya petuah dari warga kampung tempat kami bermalam. Bahwa akan ada danau diujung sana, bahwa ada hutan lali jiwo, bahwa ada aliran air sungai yang seputih susu mengalir ditengah hutan. Katanya, katanya, dan katanya. Namun, dalam ge

Lelaki : Masa Lalu, Kini dan Esok

S eorang kawan perempuan, tiba-tiba menangis diujung telepon. Saya tergagap. Menunggu kata-kata pertama yang akan dia ucapkan. Hari itu, sudah pukul sembilan malam lewat empat puluh. Hampir tengah malam. Menunggu beberapa menit, dan tangis itu mereda, hanya ada dua kata yang kemudian keluar dari bibirnya. "maaf. nangis".. Sedetik kemudian, tawanya membahana, seolah masalahnya hilang mengalir bersama air matanya. " ya udah, nangis aja. kalo  ga sayang ama pulsa. tengah malem nelefon kok cuman pengen gua dengerin lu nangis diujung sono. terlalu,"  " iyaaa.. maaf kakak! aku pengen ngobrol, pengen curhat aja ama kakak ku yang bawel ini." katanya dengan centil, sama seperti dulu-dulu ketika saya bertemu dengan dia beberapa tahun yang lalu. " ngobrol apa?" " bisa ketemu gak?" " kapan?" " taon depan! ya sekarang lah. baru juga jam 9, masa udah mao tidur," runtuknya. " eh, yang bilang udah mao tidur itu siapa? epicentr

K - Only Human

LIFE is....Another Story

Lelaki : Apa Ini Namanya?

Perasaan ini, apa namanya. Kadang, takut menyeruak tiba-tiba. Tanpa permisi. Nongkrong dibarisan depan barisan perasaan yang jika sore, meredup seiring dengan mentari yang surup ke barat. Takut itu, tak mau pergi atau bergeser. Dia didepan. Mengambil bendera merah seolah menantang matahari. Teriakan lantang dan pedang nya terhunus, mengancam. Sedetik setelah itu, ada gundah tiba-tiba bersuara lebih nyaring. Seperti mengendari sepeda motor, nyalip diantara sederet perasaan hati yang kacaunya belum lagi bisa diurus akibat takut yang tadi. Ini lagi, tiba-tiba datang tanpa permisi. Pernah sadar kapan mata akan berkedip? Mungkin seperti itu juga rasanya, kapan si gundah itu datang. Tak ada satu otot pun yang sadar. Dari sekian banyak perasaan yang berbaris membentuk bab seperti buku, mungkin ini yang tak pernah bisa diterjemahkan dalam definisi apapun. Enggan ketemu, malas memikirkan, berusaha membuang itu jauh-jauh. Yah, fikiran akan bayangan sosok yang tak pernah bisa hilang meski sudah b

Lelaki : Maaf, Emak

Keinginan Emak, pasti sama saja dengan keinginan semua ibu di dunia. Membesarkan anak-anaknya dan menjadikan mereka mandiri, sehingga tak perlu mereka bergantung kepada siapapun untuk mencukupi kebutuhannya. Emak, selalu mendoakan ketika aku pulang seminggu sekali mengunjunginya dirumah kami, yang tua warisan almarhum bapak. Wajahnya, kian hari kian keriput. Meski senyum tulusnya tak pernah melemah. Tetap hangat dan menguatkan. Harapan Emak, adalah menyelesaikan tugasnya sebagai orang tua. Aku, anak lelakinya yang belum menikah. Ada adikku memang, tapi tentu saja, dia tak pernah ditanya kesiapan untuk membina rumah tangga. Hingga secara silsilah sosial, pasti lah pertanyaan itu jatuh ke anak yang lebih tua. Apakah kemudian Emak berduka ketika, perkawinan ku gagal untuk pertama kali? Tentu saja tidak. Kata-kata yang masih terngiang ditelingaku, seperti kejadian itu baru terjadi beberapa menit yang lalu, adalah ketika Emak meyakinkan aku tentang jodoh dan kehidupan kami yang bahagia, s

Lelaki : Pada Suatu Senja

Gegap langgah itu memburu. Berusaha lebih cepat dari laju jarum jam yang terus berputar tanpa letih. Hey, kenapa kita sering kali teriak lelah, sementara jarum jam tak pernah mengeluh meski berputar pada satu poros, melalui jalanan yang sama sepanjang hayat? Sementara kita, meloncat dari satu batu ke batu lain menghindari basah dan becek jalanan sementara sepatu dan sandal, tetap harus di cuci.. ironi (bmkr/911)

Lelaki : Pernikahan Itu, Tak hanya Bulan Madu

Saya tidak akan benar-benar faham dengan kehidupan dan jalan Tuhan. Anda mungkin juga. Entah apakah kemudian akan berpura pura mengerti, mencari tahu, atau malah meninggalkannya, membiarkan itu berlalu begitu saja, seperti memang begitulah adanya sesuatu itu, tanpa ada campur tangan dari kita. Tangan Tuhan, terlalu halus untuk memaninkan guratan nasib. Sedang praduga, seringkali terlalu tinggi, sehingga tak pernah terfikir untuk mempertimbangkan baik buruk dan kenyataan manis pahit. Lebaran, selalu jadi masa yang menyenangkan. Ketika jauh menjadi dekat, dan pengharapan melambung menembus syurga, terhadap permohonan maaf lahir batin yang indah. Lihat, warna-warni pakaian bocah-bocah centil, yang tidak pernah bosan berlarian. Mengejar satu sama lain, menyalakan kembang api, dan penuh suka ria. Sekiranya dunia saya berhenti dimasa kecil, pastilah menyenangkan. "Iraha maneh rek kawin, Sep(1)? Sok geura tingali, lanceuk, rencang maneh geus gaduh pamajikan jeung anakna geus dua, a

Kembali ke Santolo

Ada album tentang Santolo di Multiply saya yang ini, ngebolang saat lebaran .. :)