photo by @boimakar Disekolah dasar, seorang guru perempuan, berdiri dengan anggun, memegang penggaris kayu berwarna cokelat muda. Berbaju safari yang licin sekali. Nampaknya, bekas distrika dengan sangat teliti. Bukan oleh dia sendiri, pastinya, karena saya yakin, bahwa dia tidak bisa menyetrika dengan sebaik itu. Produk instan masa kini yang nampaknya, sangat kentara. Pembantunya, atau malah laundry service yang berongkos sangat mahal. Dari penampilannya, dia memang bukan guru yang biasa-biasa saja, bukan dari golongan Umar Bakrie. Mungkin dari golongan yang lain. Bertanya dia, sang guru perempuan itu, -kenapa setiap guru harus disebut "sang" dan saya menghapus kata "si" di depan tadi? Mungkin karena alasan estetika kita yang kental sekali. Tentang cita-cita kepada murid-murid kelas empat. Hendak jadi apa kelak, jika sudah besar nanti. Antusias, murid-murid itu menjadi gaduh. Suara tawa dan gumam dibarengi dengan pukulan penggaris kayu ke meja. Suara
Ketika makna hidup dipertanyakan, jawaban apa yang akan kita beri? Kemana jawaban akan dicari?