Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2012

Lelaki : Membunuh Harapan

Hal yang paling menyakitkan, memang harapan. Apalagi yang mampu membuat sesorang bunuh diri? Kehilangan harapan mendapatkan penghidupan yang lebih layak, karena dipecat dari pekerjaan. Kehilangan asa untuk membentuk hidup dimasa depan dengan sesorang yang dicintai, karena diputuskan sang kekasih. Atau bisa jadi kehilangan harapan untuk terus melanjutkan peran sebagai manusia dengan melemparkan diri dari lantai 36 gedung bertingkat. Rasanya itu, hanya sebagian kecil, bagaimana harapan itu mampu menjadi stir dalam gerak hidup seseorang. Membunuh harapan itu, memang sulit. Bisa saja. Tapi sulit. Sekarang bayangkan saja. Suatu hari, kita berharap untuk menjadi orang kaya, dengan penghasilan  yang cukup, pada sebuah perusahaan keren, atau malah diperusahaan sendiri. Dikemudian hari. terjadi pemecatan besar-besaran karena iklim dagang dunia yang tidak menentu. Hasilnya, badan jadi bagian yang diputuskan. Dipecat. Harapan untuk menjadi kaya, luntur dan menguap. Tersapu awan kelam. Jika ma

Lelaki : Perisai Bernama Diam

Sudah. Diam sajalah. Begitu dia berkali-kali mengingatkan. Untuk tidak memperkeruh suasana yang memang sudah sangat tidak kondusif. Bayangkan saja. Api menyala-nyala membakar. Sementara halilintar dan hujan turun bersamaan. Entah si api memperoleh kekuatan dari mana, hingga mampu terus membakar pada saat air turun  dengan hebatnya. Memadamkan api ditengah hujan petir seperti ini, rasanya seperti sia-sia. Bahkan menuangkan isi lautan pun, rasanya belum cukup kuat untuk membutnya berhenti berkobar. Api seperti dirasuki kekuatan gaib, menyambar-nyambar tanpa ampun. Melahap apasaja yang ada didekatnya, bahkan yang jauh sekalipun. Jika sudah begini, rasanya usaha apapun, menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Yang terbaik memang diam. Melihat dan menyaksikan dia padam dengan sendirinya karena kehabisan tenaga. Melemah dan kemudian mati. Ada pertanyaan terlontar dengan dahsyat, ketika sebuah peristiwa terjadi. Bertubi-tubi. Menusuk-nusuk. Lalat yang berterbangan pun, mati karena kilatan pe

Lelaki : Nama ku, Agustus

Jangan pernah peduli dengan siapa kau berhadapan. Pedulilah dengan apa kau akan menghadapinya. Pernah kita melihat sebuah kehidupan tanpa ujung. Masuk kedalamnya seperti menjadi sebuah pekerjaan rumah yang tidak pernah ketemu jawabannya. Berputar-putar tentang rumus-rumus yang njelimet tanpa pernah tau bagaimana menggunakanya. Namaku, Agustus. Begitu senyum kecilnya membuka pada pertemuan kami pertama kali. Itu memang nama yang wajar, buat sebaian orang. Buat ku tetap saja aneh. Kenapa ada orang yang dinamakan dengan nama-nama bulan dalam hitungan masehi. Agustus, April, Januari. Kenapa tidak ada orang bernama Maret, Desember, atau September? Juli dan Juni, tentu saja ada. Kenapa tidak Oktober? Hanya Okto saja kadang-kadang. Tapi, jangan salah, aku tidak dilahirkan pada bulan Agustus, lho. Nah, ini lagi yang aneh. Kenapa tidak pernah terlahir pada bulan itu, lalu dinamakan seperti bulan itu. Orang tuanya pasti aneh juga. Dia, si Agustus, ternyata lahir pada bulan Juli. Hampir p

Lelaki : Dunia Tanpa Nama - Sebuah Fiksi Pendek

Selamat pagi, Matahari .. Sapaan macam apa itu. Matahari selalu terbit pertama kali memang pagi-pagi. Tak perlu rasanya menyapa dia dengan kata itu. Suatu hari, roh matahari turun kebumi pada malam hari. Menggantung di leherku, menggelayut pada bulu-bulu mataku, menyangga kelopak mata hingga dipaksa membuka hingga pagi. Badan sudah letih betul. Tenaga sudah habis untuk melawan kekuatan maha hebat itu. Tapi, roh matahari dan roh gravitasi bersinergi membentuk kekuatan yang tidak bisa tertandingi. Hebat dan perkasa. Aku dijebak. Mangangguk dan amin pada setiap ucapan yang terlontar dari mulut-mulut tak nampak. Cuma bunyi-bunyian yang kadang kala, membesar menggema, pada lorong putih penuh kran air yang siap-siap memancurkan isinya. Tapi, anehnya. meski roh matahari berkeliaran disana, detektor panas tidak juga bekerja menjalankan tugasnya. Ini apa? Rekayasa atau memang kran-kran air itu tersumbat oleh roh gravitasi yang tertarik bulan. Ramai betul tempat itu. Beribu Manu