Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2013

Lelaki : Pada Titik Jenuh

photo by @boimakar Tetiba, jenuh menyerang. Menombak dengan tepat ke titik semangat yang menyala-nyala. Bahkan, menerjangkan anak panah seperti ombak dilautan, tak pernah henti. Kopi tak lagi berasa nikmat. Susu tak terlihat putih berselera. Semua seperti hampa tanpa ada cerah terpesiar. Ngantuk datang berkali-kali tanpa henti. Juga ikut, seperti anak panah jenuh tadi menyerang. Bukan cuma raga dan jiwa, alam bawah sadar dijejali dengan bisikan-bisikan angin yang terus menerus tanpa henti.  Dokter yang ditanya, tak tau obatnya. Dukun menyerah karena tak ada wangsit yang menyampaikan berita. Aku terkurung dalam jeruji tanpa bentuk yang seolah hanya beberapa milimeter di depan mata, namun, nampak seperti jauh pulak, ribuan kilometer didepan. Lari kedepan seperti menabrak ruang kaca yang bening. Mundur kebelakang seperti jurang menganga lebar siap menerkam. Kemana harus berlari, entahlah! Kepala terasa semakin berat. Kantuk menyerang semakin meraja lela. Seluruh organ tubu

Lelaki : Harap Pada Secangkir Kopi

Lembah itu terasa sepi. Sehingga angin sepoi yang berhembus pelan pun terasa bagai riuh deru kereta api. Membisingkan. Saya bisa mendengar nyanyian burung, yang kesepian di ujung ranting cemara, serta dengus nafas seekor tikus yang lalu lalang melintas. Dalam gerak-gerik yang di buat sehening mungkin. Rumputan yang kering, bergesekan dimainkan angin. Menciptakan irama merdu savana yang kering di musim ini. Warnanya kontras kecoklatan. Langit membiru. Awan lincah menari dalam siraman matahari sore yang sudah hampir lewat.  Cangkir kopi itu masih terisi setengah. Hampir dingin. Keharuman aromanya memudar seiring dengan panas yang pelan dan pasti menguap bersama udara kosong. Mungkin, dia sudah sampai ke awan putih lincah di atas itu. Uapnya sudah bertemu dengan kawan-kawan yang lain, sesama uap dari gelas kopi yang ditinggalkan peminumnya. Kemudian bergerombol untuk turun menjadi hujan dengan bentuk yang lebih jernih. Dia, sang Cangkir itu, mematung. Seperti tidak tergerus oleh de

Lelaki : Dunia Gambar Penuh Cahaya

http://www.sunny16club.com/wp-content/uploads/2010/06/filmcamera.jpg Dunia photography, memang bukan dunia baru buatku. Banyak hal selama empat tahun lebih keterlibatanku dengan dunia ini, yang membuat aku jatuh cinta pada media gambar yang mempesona. Lukisan cahaya pada kertas-kertas cetakan penuh warna, selalu membawa imajinasi terbang jauh tanpa batas. Dan masih tercenung ketika mendapati moment-moment indah, langka, sadis, dan apapun itu, terpampang lewat layar komputer, media cetak, dan dari berbagai sumber memanjakan alam imajiner yang nyata. Saya tidak pernah menyebut diri sebagai photographer. Wah, jauh sekali memang. Tak pernah ada karya photo saya yang menang dalam lomba, dibeli orang sebagai karya komersial. Sekalipun ada, itu hanya gambar pelengkap dari tulisan saya yang beberapa kali memang masuk dimedia cetak. Belum apa-apa. Keterlibatan didunia photo periklanan, membuka wawasan saya tentang hal ini. Kamera menjadi barang yang tiadak asing buat saya. Bahkan

Lelaki : Pendaki "Tanggal Merah"

B ahagia rasanya, apabila kita menjadi orang yang tidak tahu. Entahlah. Tapi, begitulah yang belakangan saya rasakan. Menjadi orang yang "tidak mengerti" akan sebuah hal yang saya mengerti, dan menjadi orang lain pada sebuah topik yang sangat familiar. Bayangkan saja, tukang kopi yang diajari cara menyeduh kopi. Atau, sopir angkot yang diajari cara menyetir mobil. Ini menyenangkan. Jangan pernah merasa terhina karenanya. Sebab, ilmu yang didapat dari seorang yang tidak pernah tahu siapa anda sebenarnya, adalah pengingat bahwa ada orang lain yang sama atau bahkan lebih unggul dari anda sendiri. Pada suatu malam, saya berkumpul dengan beberapa pecinta alam dari berbagai daerah di Indonesia. Masing-masing kami, sudah saling kenal satu sama lain meski hanya sebatas pertemanan dalam dunia maya di jejaring sosial. Seorang dua, sudah pernah saling mengunjungi. Beberapa muka, saya ingat di jajaring saya. Hanya, ini kesempatan perama untuk bisa menjabat tangan mereka langsung dan