G ugup, saya membaca surat itu berulang-ulang. Bayangan mengalir mondar-mandir pada peristiwa beberapa tahun lalu. Seakan masih berasa perih, bekas gores perdu-perdu ditangan. Seperti masih berasa sakit, lecet di jari kaki dan tumit karena sepatu yang basah dan kaus kaki lembab, masih terus di pakai. To: Seorang Kawan kawanmu@email.com Date: Mon, 09 Jan 2012 23:40:30 -0800 Subject: Re : Serpihan Kertas di Bebatuan Hallow Jagoan! Apa kabar kau? Meski saya tidak ingat betul peristiwa yang kau ceritakan pertama, tentang melarung tulisan-tulisan kita di sungai berbatu itu, tapi, saya sungguh tidak akan pernah lupa kepada peristiwa kebun karet dan jalan kereta tua. Malu betul rasanya, ketika itu. Saya menangis, dan kau ejek saja seperti mengejek seorang anak SD yang kalah berantem dari temannya memperebutkan mainan. Rasanya, perih kaki karena lecet masih terasa waktu saya baca email-mu. Dimana kau sekarang? Mengapa tidak perah ada kabar dari mu? Saya pikir kau sudah
Ketika makna hidup dipertanyakan, jawaban apa yang akan kita beri? Kemana jawaban akan dicari?