Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2014

Lelaki : Dalam Kabut - Bagian 2

Gerimis turun lagi. Kali ini, disertai petir yang menggelegar dan kilat yang menyambar-nyambar di ujung langit. Rasanya, mustahil memang untuk melanjutkan perjalanan. Satu jam yang dari tadi diucapkan sudah lewat lima belas menit. Dan benar saja, ini tidak seperti yang diharapkan. “ Kita naik sedikit lagi yah, di sono ada tanah datar yang bisa bikin satu tenda. Semoga belum ada pendaki lain yang nempatin,” dia ngoceh tanpa berhenti. Saya yang sudah mulai letih tak menjawab omongannya. Menganggukpun tidak. Rasanya itu bukan seperti bahan diskusi. Lebih seperti perintah yang tidak maupun, memang harus mau.   photo @boimakar “ Kok diem?” dia tiba-tiba bertanya, setelah lebih tiga puluh menit kami mendaki. “ Mau apa? Koprol? Salto?” saya menjawab berang. Membuka mulutnya lebar dan dia tertawa terpingkal. Jengkel betul rasanya ditertawakan setelah perjalanan jauh begini. Mana itu, satu jam yang sudah dijanjikan dari bawah tadi. Rasanya seperti janji manis yan tak pernah ada

Lelaki : Dalam Kabut - Bagian 1

Hujan turun deras. Menyiram bumi seperti miliyaran air mandi dari shower yang ditumpahkan dari langit. Beberapa membentur tajuk-tajuk pohon yang tinggi menjulang diatas kami. Air hujan yang kecil menerobos daun-daun hijau yang rindang, untuk jatuh ketanah. Menyiram kami yang masih berjalan pelan menaiki   jalan setapak berbatu yang sebagian tergenang air. Meski jas hujan yang kami pakai cukup baik, namun kekuatan dan keluesan air hujan masih tetap menerobos menembus badan kami yang mulai letih. Bercampur keringat yang sepertinya enggan keluar dari pori-pori, terhalang dingin udara yang menyelubung badan. photo Koleksi Pribadi “ Capek?!” dia berhenti dan menoleh kebelakang, ke arah saya yang berjalan lebih lambat. “ Itu pertanyaan atau pernyataan?” saya ikut berhenti. Beberapa langkah dibelakangnya. Memandang badan nya yang kelihatan lebih jangkung dari sudut ini. “ Itu pertanyaan, bodoh!” dia tekekeh, “ gua sih gak capek. Lari juga masih sanggup!” namun tak ayal di

Lelaki : Pagi dan Kota Tua

Saya mengandeng tangannya. Menyeretnya pelan diantara seliweran kendaraan yang bertabrakan arah dengan kami. Meski masih sepi dalam pagi yang belum lagi membiarkan matahari membakar penuh, namun ramainya kota ini seperti juga Jakarta, yang tidak pernah tidur. Kios-kios seberang jalan mulai membuka dagangan. Abang-abang becak mulai berkemas menunggu rejeki pada sebuah pangkalan tidak resmi diujung jalan yang berbatasan dengan pintu lintasan kereta api. Beberapa pejalan kaki, dan pesepeda, ikut membuat suasana seperti mati dari kemapanan yang selalu berdengung dikota besar. Disudut yang lain, sebuah warung kopi pinggir jalan, sudah menyuguhkan gelas-gelas bening berisi cairan kopi hitam yang mengepul tipis. Yang kemudian dihirup pelan beberapa lelaki berkulit terbakar matahari, dengan nikmatnya. Menyulut rokok kretek yang mengepulkan asap putih bersih. Ini pagi hari yang menyenangkan, saya membatin. “ Kemana kita?” katanya, ditengah perjalanan kami, yang belum lagi mencapai potongan

Lelaki : Edelweis Kering Di Lembah Abadi – Bagian 4 - Epilog

Kematian selalu datang dengan penuh misteri. Ada yang sudah bertahun-tahun sakit, namun ternyata berumur panjang. Yang ingin bunuh diri, namun kematiannya tidak pernah datang. Malahan sampai sekarang sehat walafiat, seolah malaikat enggan benar mencabut nafas dari badannya. Ia memang dekat betul dengan kita. Meski dengan cara-cara yang tidak pernah benar-benar kita mengerti. Namun, ada juga yang datang kepada orang yang sehat bugar. Tidak pernah sakit. Atau tidak pernah ingin mati datang kepada dia dengan segera. Dia berdoa, semoga dipanjangkan umur, tiap kali menghadap kepada Tuhannya, namun nyatanya, harus menemui Tuhan dalam usia sangat muda. Seperti kawanku itu. Yang gagal untuk selamat pada pendakiannya. rasanya, seperti menelan racun yang manis meski mematikan namun masih nikmat dilidah mengingat mati membuat batin bergetar betapa dia menjadi dekat sedekatnya seperti tak pernah mau lepas dari badan dia menjauh ketika kita mendekat dan merangkul keti