Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2012

Lelaki : Kejutan dan Kenyataan

http://www.stanford.edu/~grg/images/orange_flower.jpg Ada kenyataan yang tidak bisa kita hindari. Betapapun kita coba menghidar, dia seperti benalu yang datang tanpa permisi. Seperti flu yang susah sekali sembuh. Semakin lama mencoba untuk diobati, dia menjadi semakin ganas, menjadi semakin menjadi. Meskipun, kenyataanya, obat yang paling mujarab adalah sesuatu yang sangat biasa. Air putih dan istirahat. Keduanya, hampir tak pernah ada harganya dimata kebanyakan kita. Ada kenyataan yang kemudian menjadi pelajaran. Terjadi berkali-kali. Seperti rentetan petasan yang meletup dikala lebaran orang betawi. Kenyataan itu, ya begitu-itu. Mengagetkan. Sering kali, kita nggak siap nerima, namun tetap harus dihadapi. Bicara tentang kejutan, ada yang menyenangkan. Ada juga yang nggak. Yang menyenangkan, meskipun terkadang bikin shock, bikin bete, toh tetap menjadi tawa pada akhirnya. Sedang yang tidak menyenangkan, akan menjadi ingatan yang menghantu sepanjang hidup. S

Lelaki : Matahari & Harapan

http://saveimages.taoindonesia.info/2012/03/eagle-5.jpg U ntuk sebagian orang, punya mimpi adalah sebuah kemewahan. Bahkan, sebuah buku paling laris di negeri ini, mengajarkan untuk membentuk mimpi. Melihat dari sudut paling absurd tentang kehidupan yang nampak begitu mulus. Kemudian loncat dari gedung tinggi, melebarkan sayap, berharap jadi rajawali, dan bumm.. telak menghantam tanah. Ketika melihat matahari, terpikir untuk bermimpi pun tidak. Ia begitu perkasa. Membakar dengan kadar yang sudah diperhitungkan, sehingga kecil kemungkinan membunuh. Meski. kita hidup dialam khatulistiwa yang berlimpah ruah cahaya matahari. Matahari. memang tidak pernah salah memberi rejeki kepada siapapun. Panasnya tak pernah dibagi tidak adil. Seluruh alam raya kebagian jatah. Sedikit banyak. Dan untuk menjumpai matahari, tak perlu mengharap terlalu dalam. Toh, dinegara kita, dua belas jam dalam gelap bukan waktu yang lama. Teringat ketika seorang tokoh Indonesia, mengatakan, " yang misk

Lelaki : Antara Kamu, Saya dan Mandalawangi

Mulanya, tidak percaya rasanya bisa ada tempat itu. Sebuah alun-alun sabana tidak terlalu luas, penuh bunga-bunga putih kekuningan, sungai kecil membelah ditengah, dengan air yang lebih segar dari air kemasan manapun. Tempat ini keramat. Konon almarhum Soe Hok Gie, yang belakangan ini begitu membahana namanya, karena sebuah film, mampir kesini, menghempas galaunya. Konon, tempat ini menewaskan banyak pendaki gunung, yang tegoda untuk bisa menikmati siraman matahari pagi pertama yang sendu. Perjumpaan saya pertama dengan Mandalawangi, ketika saya begitu penasaran, melihat sebuah photo yang ditunjukan seorang kawan pendaki. Dia yang merupakan relawan di salah satu taman nasional indonesia, menjembreng beberapa photo yang menawan. Semburat awan, dengan latar langit biru yang elok, serta kabut tipis membungkus pohon-pohon yang meremang ditimpa cahaya pagi hari. Sungai kecil yang berair bening, dan rumputan coklat yang masih basah oleh embun. Semuanya nampak sempurna. Beberapa kuntum e

Lelaki : Percakapan Sore

S ore itu, kami kumpul diruang tengah kami yang sekaligus merangkap ruang nonton tipi. Tidak ada kursi dirumahku. Semua lesehan. Bermalas-malasan diatas kasur yang tidak baru lagi. Ini titipan seorang teman yang memutuskan pindah ke luar Jawa, karena pekerjaannya. Kami masih sering berkomunikasi, dengan bahan obrolan "norak" seputar kasur titipan itu. Emak, ada ditengah-tengah kami. Usianya yang sudah tidak muda, memandang anak-anaknya satu-satu. Mengacak rambut ku yang tidak bersisir jika di rumah. " Sering kali, orang bicara tentang kamu, Nak. Tentang pekerjaan mu yang mati-matian kau bela, tapi tak  nampak hasilnya. Tentang kau, yang diusiamu sekarang masih membujang," katanya lirih. " Siapa orangnya," aku menyahut pelan. " Siapapun orang nya tidak penting. Dia bicara langsung ke Emak," Hati saya berdesir. Emosi itu menumpuk jadi satu. Ingin rasanya menghajar orang yang bicara langsung didepan Emak karena saya. Saya terdiam. Meredam

Lelaki : Memandang Mu Terlelap

i want to be always beside you Tadinya, saya berfikir kalau itu biasa saja. Menjumpaimu setelah sekian lama tidak bertemu. Awalnya. saya merasa ini adalah pengulangan cerita yang dulu pernah ditorehkan. Alur yang sudah pernah saya baca dan saya lewati, kemudian akan kembali saya ulang. Bosan menyerang di awal-awal. Tidak pernah terpikir untuk menjadikan ini berbeda. Nyatanya. Sesaat saya diam. Memandangmu dalam temaram langit yang mulai gelap. Mengartikan tiap gurat perasaan yang sudah lama betul tidak pernah terpendar. Pesona mu masih seperti dulu. Ketika pertama kali melihatmu dengan jelas, di lembah itu. Mengerjapkan mata, merentangkan tangan membentuk pesawat terbang, kemudian berteriak, " elaaang, bawa aku disisimu," lalu terkekeh disemburat cahaya sore yang temaram. Sekelebat, mestinya saya tersadar. Ada kehidupan yang sudah lama sekali tertinggal disana. Diserakan batuan yang menjejali jalanan penuh akar. Saya pikir, saya sudah tandaskan rasa itu di batang-b

Lelaki - Sukses Adalah ..

K awan saya yang semasa SMP dulu adalah seorang "berandalan", tukang bolos, tukang palak, tukang mabok, merokok dan sederet kejahatan masa sekolah lainnya, tiba-tiba datang dihadapan saya, berdasi biru muda, dengan kemeja dan jas abu-abu tua, menjinjing iPad. Kaca matanya, "nongkrong" dihidungnya yang memang mancung. Dulu, dia hitam dekil, sekarang, necis. Parfumnya saja, bukan murahan. Entah dibeli di Amerika atau Eropa. Entahlah.  Dia menjabat sebagai salah seorang Manager pada sebuah BUMN ternama di Indonesia. Pangling? Tentu saja iya. Saya bahkan hampir bertanya, siapa dia. Namun, beberapa sifat nya memang tidak berubah. Senyumnya, yang selalu nakal. Atau bicaranya yang keras dan nyaring.  Obrolan kami, semakin hangat dari menit-kemenit. Dia bercerita tentang betapa bobroknya sistem pemerintahan di Indonesia. Korupsi disegala bidang, bahkan di kantornya sendiri. Namun, berkali-kali dia meyakinkan saya, bahwa dia tidak terlibat. Kemudian tentang aset-a

Lelaki : Memulai Sebuah Perjalanan

S ama saja susahnya. Memulai sebuah perjalanan, meneruskan perjalanan, atau mengakhirinya. Sama-sama penuh tantangan. Memulai langkah baru, sering kali memunculkan keraguan-keraguan. Bayangan gagal, melayang-layang dalam setiap kesempatan. Gambaran itu, semakin besar, manakala. ada orang lain yang tidak pro terhadap apa yang akan kita mulai. Kesiaan itu yang sering kali muncul terus menerus. Pada dasarnya, kita, manusia,  mempunyai kemampuan yang sama untuk menterjemahkan sebuah persoalan. Hanya seringkali, kita tak  punya banyak pengalaman untuk melihat itu dari sisi yang lain. Ketika lapar, kita berkeinginan untuk makan. Itu sebuah persoalan yang dilihat dengan cara yang wajar. Bahwa makanan untuk membuat kita kenyang itu adalah nasi, itu pun wajar. Namun, seringkali nasi menjadi sesuatu yang langka dan susah untuk di dapat, sehingga sebagai manusia yang mempunyai cukup pengalaman berfikir, kita mencari alternatif lain untuk memuaskan rasa lapar kita tersebut. Perjalanan