Skip to main content

Lelaki & Minyak Bumi


Suatu hari, Lelaki membaca berita tentang import minyak bumi untuk pasokan menjelang lebaran dan bulan suci Ramadhan. Mencengangkan memang berita yang dilansir sebuah koran bisnis di ibukota tersebut.

Kemudian timbul sebuah ganjalan dalam benak Lelaki. Di negeri yang menurut grup band kenamaan Indonesia, bukan lautan, tapi kolam susu. Tonggak kayu jadi tanaman. Subur makmur gemah ripah lohjinawi, masih ada saja hal yang harus didatangkan dari luar. Bukankah negeri ini termasuk dalam anggota OPEC, organisasi negara-negara penghasil minyak dunia. Tambang minyak nya terbentang dari ujung Papua, sampai di Ujung Aceh. Tersebar dari lautan sampai ke pedalaman hutan.

Siapa yang megelola? Untuk siapa?
Jika dicermati, perusahaan tambang minyak pribumi cuma ada satu. Itupun kembang kempis dan selalu mengumumkan "rugi" pada tiap laporan keuangannya. Nah, yang kemudian menjadi raja minyak dinegeri "licin" ini, kemudian adalah negara-negara orang berambut pirang bermata biru.
Lihat saja deretan penguasa di seberang lautan sana. Chevron, Caltex dan beberapa yang lain. Mereka yang merasakan manisnya minyak kita. Sedangkan kawan-kawan kita, teman-teman si Doel yang tukang insinyur, masih saja jadi pesuruh.

Kalau di negara penghasil minyak saja kita harus mengimport minyak, kemana sumber daya manusia kita?(bmkr8/09)
foto by kompas
http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/14/23092490/harga.minyak.terendah.dalam.lima.bulan

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny