Skip to main content

Lelaki : Menjadi Lelaki Sebenarnya


Sering betul, kita menyaksikan sederetan orang berbadan besar, memakai kaos ketat dengan lengan yang berotot dan bertampang sangar, hilir mudik disekitar kita. Mereka menjadi pusat perhatian karena badan bagus dan otot besar yang menyembul. Menjadi simbol kekuatan lalaki yang sering kali menjadi tendensi kekuatan dan penarik pesona kaum perempuan. Bahkan, lihat saja model-model di televisi, mempertontonkan body bagus yang menjadi kebanggaan. Ajang pemilihan model sebuah product susu pun, yang dikhususkan untuk para lelaki menjadi ikon dan penarik pasar yang handal.

Kemudian, bagi orang-orang yang jeli memanfaatkan moment, ini adalah indikasi untuk membuat jaringan busines baru. Maka, berdirilah pusat-pusat kebugaran diseluruh penjuru tanah air. Bukan hanya di mall-mall yang bertarif jutaan rupiah, di ujung gang sempit dan buntu di suatu pemukiman kelas gang pun, bisa kita temui. Nampaknya, mempunyai badan bagus dengan otot-otot yang menyembul keluar menjadi mimpi banyak lelaki di dunia.

Selain itu, banyak nya produk-produk yang mengkhusukan kepada pembeli laki-laki, sekarang ini juga mulai marak. Tengok saja, sepanjang jalan, kita bisa melihat toko obat kuat dengan nama-nama etis china tersebar seantero ibu kota. Pangsa pasarnya, ya tentu saja kaum adam yang mendambakan kekuatan dan biar kelihatan macho di depan pasangannya.

Jika lelaki tidak boleh menangis, kenapa Tuhan menciptakan air mata pada mereka?
Itu kemudian mengilhami saya. Menjadi lelaki sebenarnya, seharusnya tidak hanya menampakkan otot-otot yang kekar dan tampang yang sangar. Hingga segala hal di coba untuk lebih meyakinkan. Namun jauh dibalik itu semua, ada hal berat yang menjadi tujuan dari kehidupan yang dijalani sorang lelaki. 
bersambung (bm/11)

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny