Skip to main content

Lelaki : Apa Ini Namanya?


Perasaan ini, apa namanya.
Kadang, takut menyeruak tiba-tiba. Tanpa permisi. Nongkrong dibarisan depan barisan perasaan yang jika sore, meredup seiring dengan mentari yang surup ke barat. Takut itu, tak mau pergi atau bergeser. Dia didepan. Mengambil bendera merah seolah menantang matahari. Teriakan lantang dan pedang nya terhunus, mengancam.

Sedetik setelah itu, ada gundah tiba-tiba bersuara lebih nyaring. Seperti mengendari sepeda motor, nyalip diantara sederet perasaan hati yang kacaunya belum lagi bisa diurus akibat takut yang tadi. Ini lagi, tiba-tiba datang tanpa permisi. Pernah sadar kapan mata akan berkedip? Mungkin seperti itu juga rasanya, kapan si gundah itu datang. Tak ada satu otot pun yang sadar.

Dari sekian banyak perasaan yang berbaris membentuk bab seperti buku, mungkin ini yang tak pernah bisa diterjemahkan dalam definisi apapun. Enggan ketemu, malas memikirkan, berusaha membuang itu jauh-jauh. Yah, fikiran akan bayangan sosok yang tak pernah bisa hilang meski sudah berapa kali ditebas oleh pedang si takut tadi. Berapa kali si gundah berusaha keras mengusir si misterius itu, tapi tak pernah sukses.

Bahkan, seperti jamur dimusim hujan, tak hanya ada satu perasaan misterius itu. Kadang senyum merekah memandang gelas kaca, kadang malah marah-marah mendapati kembang mekar dihalaman. Hari-hari seperti dibayang bayangi sesuatu. Raga seperti diganduli borgol besar, siap masuk dalam penjara gelap yang pengap. Tapi, tapi.. kenapa diri rasanya siap. Bukan menolak. Kenapa badan rasanya menyerahkan utuh tulang-tulang kedalam pusara itu yah?

Baiklah. Apapun kau namanya, tak pernah ada senyum sebaik ini dipagi hari saya. Tak pernah ada ungkapan semanis ini sebelumnya dalam blog ini .. (bmkr/911)

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny