Skip to main content

Lelaki ; Kenapa Harus?


hidup itu, bisa nunggu kan? 
kita bisa aja nunggu bus yang datang berikutnya kalo pas lagi antri di halte busway yang kosong. tinggal suka-suka kita aja. mao sampe duluan, tepat waktu, atau terlambat. ya, semua ada resikonya pasti. kalo kecepetan, pasti disangka rajin banget. kalo pas waktu, sering disebut perfecsionist, nah yang hobynya telat, resikonya ga dipercaya sama orang.
tapi, kalo urusan perasaan?

bisa gitu kalo nunggu? entahlah. 
terakhir, yang terasa adalah, ketika pernyataan yang seharusnya diucapkan tahun lalu, tapi baru sekarang keluar, berbuah penolakan halus dengan alasan yang... yaah.. masuk akal. sangat logis. tapi, kan kita kudu pisahin antara logika dan hati kan. itu susahnya.

pada suatu hari, kita lahir dah kayak motivator handal. ngerti gimana nangainin semua hal yang ditanya sama kawan-kawan atau siapapun yang lagi "galau".  udah kayak ustadz yang ngeluarin semua kutipan hadis dan kitab, dah kayak filusuf yang ngeluarin semua kata-kata bijak, yang nama penyebut pertamanya aja, belipet dilidah, dan cuman sehari itu hafal. ya, karena emang kepaksa harus hafal, biar keliatan keren aja. 

sumpah, coba aja masalah itu nabrak pada saat diri sendiri. rasanya, ga ada teori didunia ini yang bener. bahkan E=MC2 aja, salah. lha .. ini tentang apa sih? emang perasaan itu bisa nunggu juga. iya, iya.. maksudnya, cinta.. emang dia bisa nunggu juga gitu?

kenapa harus, ada hal seperti itu yah? (bmkr/911)

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny