http://www.stanford.edu/~grg/images/orange_flower.jpg |
Ada kenyataan yang tidak bisa kita hindari. Betapapun kita coba menghidar, dia seperti benalu yang datang tanpa permisi. Seperti flu yang susah sekali sembuh. Semakin lama mencoba untuk diobati, dia menjadi semakin ganas, menjadi semakin menjadi. Meskipun, kenyataanya, obat yang paling mujarab adalah sesuatu yang sangat biasa. Air putih dan istirahat. Keduanya, hampir tak pernah ada harganya dimata kebanyakan kita.
Ada kenyataan yang kemudian menjadi pelajaran. Terjadi berkali-kali. Seperti rentetan petasan yang meletup dikala lebaran orang betawi. Kenyataan itu, ya begitu-itu. Mengagetkan. Sering kali, kita nggak siap nerima, namun tetap harus dihadapi.
Bicara tentang kejutan, ada yang menyenangkan. Ada juga yang nggak. Yang menyenangkan, meskipun terkadang bikin shock, bikin bete, toh tetap menjadi tawa pada akhirnya. Sedang yang tidak menyenangkan, akan menjadi ingatan yang menghantu sepanjang hidup.
Sesuatu yang menyenangkan, biasanya akan mudah sekali untuk dilupakan. Coba ingat, berapa kali kita pernah ditolong oleh teman karena kita kesulitan? Coba di hitung-hitung, berapa kali kita terbebas dari masalah karena bantuan orang lain? Seberapa sering seorang kawan memberikan kita kebahagiaan dengan tulus, atau orang lain yang bahkan tidak kita kenal mengulurkan tanggannya dikala kita perlu?
Jelas berbeda dengan segala sesuatu yang tidak menyenangkan. Entah itu kesalahan, atau dalam bentuk apapun namanya. Cacat dalam pergaulan karena kekeliruan, bukan sesuatu yang aneh, bukan? Namun, seberapa mudah kita melupakan hal-hal semacam itu dari orang lain. Yang nampak tidak menyenangkan, akan terekam lebih lama dalam otak, karena kita selalu tersugesti untuk mencurigai orang lain, dan bukan mengingat kebaikan-kebaikan dan sifat yang menyenangkan dari orang lain.
Ketika, suatu hari kita ditolong orang lain, dengan meminjamkan uang karena kita harus membayar sesuatu yang urgent, mudah sekali kita lupa dengan kebaikan orang itu. Namun, ketika dia berbuat tidak menyenangkan, kenangan itu, akan di ceritakan berulang-ulang, dan itulah yang membuat selalu ingat dengan kejelekan orang, ketimbang kebaikannya.
Nyatanya, memang kebanyakan manusia begitu. Debu, yang jatuh di wajah akan mudah kita lupakan, meskipun dia menimbulkan jerawat. Tapi burung terbang, yang kotorannya kena badan, akan kita ingat seumur hidup, meskipun pakaian yang kena sudah dicuci bersih.
Kejutan dan kenyataan, kadang datang tidak pada saat yang tepat. Bersiaplah menerima segala yang tidak menyenangkan, dan lupakan. Tapi, hitung kebaikan orang jika mampu, dan cobalah ingat sebanyak-banyaknya. (bmkr/0612)
Comments
Post a Comment