Sama saja susahnya. Memulai sebuah perjalanan, meneruskan perjalanan, atau mengakhirinya. Sama-sama penuh tantangan.
Memulai langkah baru, sering kali memunculkan keraguan-keraguan. Bayangan gagal, melayang-layang dalam setiap kesempatan. Gambaran itu, semakin besar, manakala. ada orang lain yang tidak pro terhadap apa yang akan kita mulai. Kesiaan itu yang sering kali muncul terus menerus.
Pada dasarnya, kita, manusia, mempunyai kemampuan yang sama untuk menterjemahkan sebuah persoalan. Hanya seringkali, kita tak punya banyak pengalaman untuk melihat itu dari sisi yang lain. Ketika lapar, kita berkeinginan untuk makan. Itu sebuah persoalan yang dilihat dengan cara yang wajar. Bahwa makanan untuk membuat kita kenyang itu adalah nasi, itu pun wajar. Namun, seringkali nasi menjadi sesuatu yang langka dan susah untuk di dapat, sehingga sebagai manusia yang mempunyai cukup pengalaman berfikir, kita mencari alternatif lain untuk memuaskan rasa lapar kita tersebut.
Perjalanan awal, sering membuat "jiper". Entah buat seorang petualang, atau pun seorang amatir yang mencoba melakukan perjalanan. Bagaimana kendala didepan itu, selalu menjadi pertanyaan yang terus dan terus dikemukakan. Padahal, jika dalam sudut yang luas, itu bisa jadi sebuah tantangan mengasikkan untuk dijalani. Ketika melihat sungai membentang didepan mata dengan air yang deras, seringkali, orang yang belum perpengalaman, akan pulang, dan mengatakan kalau sungai itu mustahil untuk diarungi. Namun, orang yang cukup punya pikiran luas, akan mencari cara untuk berasik masyuk dalam ombang-ambing air sungai.
Ketika mendapati sebuah dinding batu yang terjal, seorang yang tidak punya keberanian akan berkata, bahwa mustahil memanjat dan naik keatas. Namun, ditangan orang berfikiran luas, dia mencoba naik, atau memutar menuju puncaknya. Lebih lama, tidak mengapa. Asal tujuannya tercapai.
Mengakhiri perjalanan, pun sama sulitnya. Ketika sudah sangat nyaman dalam sebuah laju perjalanan, manusia seperti terlupa, kalau dia harus berhenti. Entah hanya untuk sekedar beristirahat, atau memang sudah waktunya berhenti. Meneruskan memang akan mendapat pengalaman baru, tapi tentu saja, akan ada sederet peristiwa yang berualang-ulang, hingga bisa saja membuat bosan. Jika sudah begitu, bosan bukan alasan untuk berhenti. Dan dilema nya akan semakin dalam.
Berani memulai, berani melanjutkan, dan juga berani untuk berhenti. (bmkr/0612)
Comments
Post a Comment