Skip to main content

Lelaki : Memulai Sebuah Perjalanan

Sama saja susahnya. Memulai sebuah perjalanan, meneruskan perjalanan, atau mengakhirinya. Sama-sama penuh tantangan.
Memulai langkah baru, sering kali memunculkan keraguan-keraguan. Bayangan gagal, melayang-layang dalam setiap kesempatan. Gambaran itu, semakin besar, manakala. ada orang lain yang tidak pro terhadap apa yang akan kita mulai. Kesiaan itu yang sering kali muncul terus menerus.

Pada dasarnya, kita, manusia,  mempunyai kemampuan yang sama untuk menterjemahkan sebuah persoalan. Hanya seringkali, kita tak  punya banyak pengalaman untuk melihat itu dari sisi yang lain. Ketika lapar, kita berkeinginan untuk makan. Itu sebuah persoalan yang dilihat dengan cara yang wajar. Bahwa makanan untuk membuat kita kenyang itu adalah nasi, itu pun wajar. Namun, seringkali nasi menjadi sesuatu yang langka dan susah untuk di dapat, sehingga sebagai manusia yang mempunyai cukup pengalaman berfikir, kita mencari alternatif lain untuk memuaskan rasa lapar kita tersebut.

Perjalanan awal, sering membuat "jiper". Entah buat seorang petualang, atau pun seorang amatir yang mencoba melakukan perjalanan. Bagaimana kendala didepan itu, selalu menjadi pertanyaan yang terus dan terus dikemukakan. Padahal, jika dalam sudut yang luas, itu bisa jadi sebuah tantangan mengasikkan untuk dijalani. Ketika melihat sungai membentang didepan mata dengan air yang deras, seringkali, orang yang belum perpengalaman, akan pulang, dan mengatakan kalau sungai itu mustahil untuk diarungi. Namun, orang yang cukup punya pikiran luas, akan mencari cara untuk berasik masyuk dalam ombang-ambing air sungai. 

Ketika mendapati sebuah dinding batu yang terjal, seorang yang tidak punya keberanian akan berkata, bahwa mustahil memanjat dan naik keatas. Namun, ditangan orang berfikiran luas, dia mencoba naik, atau memutar menuju puncaknya. Lebih lama, tidak mengapa. Asal tujuannya tercapai.

Mengakhiri perjalanan, pun sama sulitnya. Ketika sudah sangat nyaman dalam sebuah laju perjalanan, manusia seperti terlupa, kalau dia harus berhenti. Entah hanya untuk sekedar beristirahat, atau memang sudah waktunya berhenti. Meneruskan memang akan mendapat pengalaman baru, tapi tentu saja, akan ada sederet peristiwa yang berualang-ulang, hingga bisa saja membuat bosan. Jika sudah begitu, bosan bukan alasan untuk berhenti. Dan dilema nya akan semakin dalam.

Berani memulai, berani melanjutkan, dan juga berani  untuk berhenti. (bmkr/0612)

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny