Skip to main content

Lelaki : Dunia Gambar Penuh Cahaya

http://www.sunny16club.com/wp-content/uploads/2010/06/filmcamera.jpg

Dunia photography, memang bukan dunia baru buatku. Banyak hal selama empat tahun lebih keterlibatanku dengan dunia ini, yang membuat aku jatuh cinta pada media gambar yang mempesona. Lukisan cahaya pada kertas-kertas cetakan penuh warna, selalu membawa imajinasi terbang jauh tanpa batas. Dan masih tercenung ketika mendapati moment-moment indah, langka, sadis, dan apapun itu, terpampang lewat layar komputer, media cetak, dan dari berbagai sumber memanjakan alam imajiner yang nyata.

Saya tidak pernah menyebut diri sebagai photographer. Wah, jauh sekali memang. Tak pernah ada karya photo saya yang menang dalam lomba, dibeli orang sebagai karya komersial. Sekalipun ada, itu hanya gambar pelengkap dari tulisan saya yang beberapa kali memang masuk dimedia cetak. Belum apa-apa.

Keterlibatan didunia photo periklanan, membuka wawasan saya tentang hal ini. Kamera menjadi barang yang tiadak asing buat saya. Bahkan eksperimen dengan kamera ditelepon genggam pun, pernah dilakukan. Rasanya, konsumsi pribadi saja, sudah cukup.

Tergelitik saya, ketika kemudian "dibentak" dalam sebuah diskusi informal, bersama beberapa kawan yang sudah "melek" photography, dan yang baru saja "mencium" aromanya. Ketika setengah jam dikuliahi apa itu Hi Key dan Low Key Lighting, atau tentang sebuah pertanyaan yang cukup sengit, " kamu kalau photo pake P terus yah?" ... Ah, semuanya dijawab saja dengan "iya, pak!"

Seberapa penting sebuah kamera buat saya, sampai saat ini, saya masih bertanya-tanya juga. Ketika semua hal menjadi sangat mungkin untuk terus dipelajari.

Pertanyaan-pertanyaan kecil, bermunculan dalam otak. Saya memang mengakui tidak pernah menjadi photographer. Tidak. Namun, tidak juga saya tidak mengerti akan hal ini. Namun, tak perlu rasanya membela diri hanya untuk memuaskan hasrat saya yang kejam. Pernah saya, yang memang iseng, menanyakan kepadanya tentang sebuah lensa yang tidak pernah diciptakan, 17-200mm, meskipun seharusnya 18-200mm. Diluar dugaan, dia menjawab, ada. Wah, saya tertawa saja. 

Dan saya teringat sebuah ungkapan "every monkey with DSLR think that he is photographer" . Tawa saya makin lebar (bmkr/0213) 

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny