Skip to main content

Susan, Om Dwi & Om Pur




Duh..mo bikin edisi Absen, tp gak Lengkap~!

Comments

  1. Cinta.. bisa diputihin dikit nda potoku?
    wakakakak..

    ReplyDelete
  2. Ealah Cukk...wes ngono asline..ra iso!!

    ReplyDelete
  3. Pendaki Jompo bangkit lagee nih... hehehehe.. keyen keyen..

    ReplyDelete
  4. di gunung sm culun... di ktr beda kedudukan wakakakakakak

    ReplyDelete
  5. apanya yg bangkit san? apkh km sempet hmm.... pegang?

    ReplyDelete
  6. kalo yang ini, aku ga ikut campur!! heheh

    ReplyDelete
  7. bangkit?
    pegang?
    maksudnya apa yah??...mikirin jadinya

    ReplyDelete
  8. mending jangan ikut campur deh im. Diem aja kalo tau xiixiixii..

    ReplyDelete
  9. wakakak....iya..maklum gw newbie yang selalu ngacak-ngacak!! dari pada masuk ruangan terus di kunci dari dalem..ih..sereeeemmm!!

    ReplyDelete
  10. trnyata lo sknya nempel pendaki jompo.... :)

    ReplyDelete
  11. tanya kenapa? karena yang jompo masih bisa "mendaki" hua..hua.. ha..ha..

    ReplyDelete
  12. ya mendaki gunung to pakde. lha emangnya ada lain yang didaki?

    ReplyDelete
  13. orang tua ini kok kelihatan gagah seh????? hua..hua...

    ReplyDelete
  14. gunung apa seh? mbok yang jelas wakakakkaka

    ReplyDelete
  15. ini pas naik kan? coba fotonya pas turun pake spion diumumkan ke khalayak rame....

    ReplyDelete
  16. pls kalo yg itu buat kita berdua aja. jangan dibuka di sini. soalnya, jadi gak enak rasanya ha..ha...

    ReplyDelete
  17. ya jelas gunung (sing) gede to yo... hui...hui...

    ReplyDelete
  18. aku dengar kok..
    kabar tentang pendaki ber spoin!!
    kmaren ada di koran...hehe

    ReplyDelete
  19. halah!!
    mbo ya. yang namanya gunung pasti gede Om...yang kecil
    kutil!!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny