Skip to main content

Papandayan-and Its Story III




People on crowd!

Comments

  1. emaakkkkkkkkkk..... wuidiiiiwww maakkk.. waktu saya ke Gn.Gede juga pinjem jaket kuning ini maaakkkk... tooss dulu kitaaahhhhhh maakkk

    ReplyDelete
  2. yang baju merah tu Reprep ? kok ada Sam ?
    lah semuanya kan pada lebih muda dari gue..

    hiks.. curang.. gue ditolak ikut karena gak cukup umur, tapi ternyata yang lebih muda daripada gue bole ikutan acara :(

    ReplyDelete
  3. huwaaaaaaaaaaaa.... katanya minimal kelahiran 1975 ? :(

    ReplyDelete
  4. emak... metal.... keren.... hihihiii...
    ga kalah sm anak2nya...

    ReplyDelete
  5. akhirnya...kebongkar rahasianya deh! hahha

    ReplyDelete
  6. salaut ama yang ini, bundanya abang boim yach ?

    ReplyDelete
  7. yap!! hehehe....eksist gak mao kalah ama anaknya!

    ReplyDelete
  8. mas boim... gw izin ngupi beberapa vutu yech...
    boleh ga....???

    ReplyDelete
  9. *koq ada ubur-ubur...*

    hooh yen, boim ajah pas gw ajak nyusul krn gw juga ditolak ikut - eh dia biilang "iya sih rum, tapi kan musti porterin emak gw"

    *curaaaaang*

    ReplyDelete
  10. udah gk usah bersedih.... skali2 sndirian gpp... :)

    ReplyDelete
  11. kupi aja bro...!! pake susu jadi 12 ribuu gak termasuk ngobrol!

    ReplyDelete
  12. duh...jadi gak enak gini yah....heheh...tp emang bener kok...suruh jadi porter nya emak ....srius rum! gw gak tahu juga pesertanya sapa aja....!

    ReplyDelete
  13. mikirin apa ayo???
    gak kepilih jadi caleg!

    ReplyDelete
  14. Emak lagi ngapain tuh im? Bukan lagi beol kan? Hahahaha..

    ReplyDelete
  15. waksssssss......apakabarnya siska..?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny