Skip to main content

I Kill my Phobia




entah dari kapan, gw adalah orang yang takut sekali dengan ular. jangan kan untuk bersentuhan, skin to skin, melihat dari jauh aja, gw dah panas dingin...
tapi, ternyata itu bisa diatasi. dengan teraphy yang kurang dari satu jam, gw bisa membunuh phobia gua. didampingin sama Aji dan Timi, gw bisa bersentuhan dengan ular secara langsung. even i can kiss it!! mulanya pucet, mpe mo nangis, sumpah...mendingan gw disuruh naek semeru bolak-balik dah...dan gw berhasil. thanks everybody

Comments

  1. hahahhaaaaaaaa... mak nyuuuuusss yaaaaaaaa

    ReplyDelete
  2. Wah ngimana tuh crnya?gw mo jg donk.gw phobia tikus!

    ReplyDelete
  3. saya phobia truk :))
    truk yang gede2 gitu loh.. trus suaranya menderum gitu... brrr!!

    ReplyDelete
  4. Boimmmmmmm..curang nih....foto lu detik2 menjelang nyentuhnya manaaa..?hahaha..ntar gw posting deh di MP gw...judulunya.."wajah lain dari Boim"hihihii..

    ReplyDelete
  5. Hihihi..dah berani lihat..ehm ehm...

    ReplyDelete
  6. ngeliat aja kaga berani...mana wajah lu im...hihihi

    ReplyDelete
  7. Mba Yenceu mah dah berani yah hehehe

    ReplyDelete
  8. sip... :D kita cuman memfasilitasi kok mas.. yangberhasil tuh mas boim sendiri.. :)

    ReplyDelete
  9. jadi malu gw mas...hehhe dah di katain jg sam Obie
    halah!!

    ReplyDelete
  10. tenang...tenang... ntar lama2 juga terbiasa ko... dulu tuch eike juga sebenernya phobia abizzz ma mas boim... tp ternyata setelah terkena sentuhannya.... ma' nyooozzzzz..... tenaaaann....
    mas boim kapan neh maen ke kos'nya eike lagi....

    ReplyDelete
  11. awalnya takut bangt mbak...tp...lama2 cair juga...keinginan untuk membunuh takut itu yang susah keluar

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny