Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny
ini bikin aku bingung, abangnya ajak ke sini, adiknya mbalelo ajak ke bgr :(
ReplyDeletetabik aja ah
wakakakka!!
ReplyDeleteits Up to u deh Om..secara hak dan kewajiban itu selalu datang beriringan!!
jadi anak-anaknya emak terpecah jadi dua kubuh nih? Mana yang Partai Bekasi Perjuangan nih? hhihihihi
ReplyDeletedilema... wakakakakakaka
ReplyDeletedua2nya sodara gw... wakakakakaka
san
ReplyDeletehelp me to make up my mind
pliiiiizzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
Mending ke bogor aja. Tapi ikut gw-bikin acara baru- panen alpukat dan nam-nam
ReplyDelete