Skip to main content

Sweeping Ular di Kota Wisata




Waduh, nggak usah cerita deh...Deg-degan abis.. takut tiba-tiba jatoh dikepala..
jadilah pemburu ...jangan jadi pembunuh..karena buruan tidak harus dibunuh, toh!!

boim
photo by Nokia N73

Comments

  1. bagus, di rumah diswiping jg mskipun dptnya 'lare angon'

    ReplyDelete
  2. wuihhh.... aku seneng sm pertanyaan ini xixixixi kapan immmmmm?????

    ReplyDelete
  3. eh katanya kang jarotsumo mau ke merapi ? kapan ? ku dihubungi jarod jogja juga nih...

    ReplyDelete
  4. iya ayuk gabung yuk.... ning aja nggawa ula ya.....
    tabik

    ReplyDelete
  5. Rambutan udh merah2 lum bang?
    hahahaha.....

    ReplyDelete
  6. past nya Chit....stengah mati takutnya!

    ReplyDelete
  7. Bujug dah!! bukan nanya kabar gw bae apa nggak...rambutan ditanyain!

    ReplyDelete
  8. jadi ke Merapi skalian hunting maksud lw Ji...
    waaaa....jangan diajak Om!

    ReplyDelete
  9. be prepared Om...hahah...tunggu mbrojol nya aja...udah bukaan 3 tuh!!

    ReplyDelete
  10. ntu beneran ulernya di kota wisata kaya gitu ???

    ReplyDelete
  11. buset dah...minggu kemaren dikamar gw ada anak cobra...terpaksa gw matiin...ada fotonya...tp blom gw masukin MP

    ReplyDelete
  12. gw pernah piara ular ini...
    gw namain si Ijo...
    10 bulan gw piara, makannya unggas (burung gereja/anak ayam) tiap 2 minggu sekali.
    eh dia sakit...
    mati deh...
    gw kuburin dibawah pohon jambu depan rumah gw...

    ReplyDelete
  13. wah..pakde..kalo ada yang gini lagi jangan di mattin yah..
    biar kita yang urus...dah masuk katagori langka neeh!! heheh

    ReplyDelete
  14. waduh!! om acong..tar kalo ada lagi...bilang2 ke kita ya...
    ato cek di siouxindonesia.multiply.com untuk cara handling nya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny