Skip to main content

Lelaki : Matahari & Harapan

http://saveimages.taoindonesia.info/2012/03/eagle-5.jpg
Untuk sebagian orang, punya mimpi adalah sebuah kemewahan. Bahkan, sebuah buku paling laris di negeri ini, mengajarkan untuk membentuk mimpi. Melihat dari sudut paling absurd tentang kehidupan yang nampak begitu mulus. Kemudian loncat dari gedung tinggi, melebarkan sayap, berharap jadi rajawali, dan bumm.. telak menghantam tanah.

Ketika melihat matahari, terpikir untuk bermimpi pun tidak. Ia begitu perkasa. Membakar dengan kadar yang sudah diperhitungkan, sehingga kecil kemungkinan membunuh. Meski. kita hidup dialam khatulistiwa yang berlimpah ruah cahaya matahari. Matahari. memang tidak pernah salah memberi rejeki kepada siapapun. Panasnya tak pernah dibagi tidak adil. Seluruh alam raya kebagian jatah. Sedikit banyak.

Dan untuk menjumpai matahari, tak perlu mengharap terlalu dalam. Toh, dinegara kita, dua belas jam dalam gelap bukan waktu yang lama.

Teringat ketika seorang tokoh Indonesia, mengatakan, " yang miskin jangan melawan yang kaya, yang kaya jangan melawan pejabat, semuanya hancur".

Seperi guyonan, namun, saya rasa itu lebih realistis. Ketimbang membaca buku-buku motivasi dari seorang lelaki dengan kemampuan intelektual tinggi, yang menulis buku pernah bekerja di Amerika, dengan perantara angkot bapaknya. Yang diperlukan bukan cuman bacaan. Contoh orang.

Tiap manusia terlahir dalam kemampuan sempurna. Memecahkan persoalan dengan kemampuan sangat menakjubkan. Namun, tentu saja beda caranya. Diantara kita, tentu saja banyak yang menganggap apa yang ada ditiap buku itu adalah kitab suci. Sehingga itulah yang harus dilakukan. Dan hanya dengan jalan itulah sukses itu berjalan.

http://www.petracenter.or.id/wp-content/uploads/20110503_eagle.jpg 
Ikhlas. Beberapa hari ini, kata itu kerap saya dengar. Baik sebagai gurauan, karena seorang kawan membiarkan sang incaran mencintai orang yang lain. Atau dalam arti sesungguhnya. Ketika menerima hasil yang sudah dikerjakan secara maksimal itu, kemudian dengan lapang dada. Perasaan menerima, dan berhenti berharap itu, akan melegakan siapapun. Pengharapan yang terlalu tinggi akan keinginan-keinginan juga merupakan racun dalam kehidupan.

Keinginanan, adalah sumber penderitaan. Tempatnya, didalam pikiran. Kata Iwan Fals. (bmkr/0612)

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny