Skip to main content

Lelaki : Memandang Mu Terlelap

i want to be always beside you
Tadinya, saya berfikir kalau itu biasa saja. Menjumpaimu setelah sekian lama tidak bertemu. Awalnya. saya merasa ini adalah pengulangan cerita yang dulu pernah ditorehkan. Alur yang sudah pernah saya baca dan saya lewati, kemudian akan kembali saya ulang. Bosan menyerang di awal-awal. Tidak pernah terpikir untuk menjadikan ini berbeda.

Nyatanya. Sesaat saya diam. Memandangmu dalam temaram langit yang mulai gelap. Mengartikan tiap gurat perasaan yang sudah lama betul tidak pernah terpendar. Pesona mu masih seperti dulu. Ketika pertama kali melihatmu dengan jelas, di lembah itu. Mengerjapkan mata, merentangkan tangan membentuk pesawat terbang, kemudian berteriak, " elaaang, bawa aku disisimu," lalu terkekeh disemburat cahaya sore yang temaram.

Sekelebat, mestinya saya tersadar. Ada kehidupan yang sudah lama sekali tertinggal disana. Diserakan batuan yang menjejali jalanan penuh akar. Saya pikir, saya sudah tandaskan rasa itu di batang-batang penuh lumut, pohonan yang menjulang menusuk-nusuk awan. Tapi nyatanya, saya larut menikmati dekap erat tanganmu. Mengartikan tiap celoteh yang membaur dalam berisiknya rumah makan kecil penuh kaca itu.

Dan mendapatimu, terlelap semalam, setelah semalaman kita menikmati hentakan musik berat dan asap rokok yang tidak pernah kosong mengisi ruang penuh meja. begitu tenang. Sepertinya, aku betah berlama-lama ada dalam dekapmu, seperti kau yang tidak pernah melepas dekapan tangan ini ditubuh letihmu.

Memandangmu terlelap, seperti pulang ke rumah yang sudah lama sekali aku tinggalkan. Mendapati semua ketenangan yang terpancar lewat dengus nafasmu yang satu-satu terhembus pelan. Saya jatuh cinta. (bmkr/0612)

Comments

Popular posts from this blog

Kelas Photo

Start:      Nov 3, '08 03:00a End:      Nov 10, '08 Location:      photo Dear Jper's Ada kabar gembira nech...., Mister Roy Genggam yang photographer profesional dan penyayang ular itu akhirnya meluangkan waktunya untuk sharing ilmu photography dengan jpers . Siapa tahu setelah mengikuti kursus ini foto foto petualangan kita makin kinclong dan laku dipasarkan.. Adapun schedule kegiatannya sebagai berikut Tanggal : 08 November 2008 Waktu : 13.00 ~ 17.00 WIB Lokasi : Studio Roy Genggam Jalan Karyawan No. 12 Pondok Pinang Jaksel PIC : Boim Akar ( 021-95465096 ) 25 Jpers yang sudah terdaftar mohon untuk confirm kehadirannya segera ke Obie ( 0856-93208384 ), karena apabila berhalangan hadir akan diisi oleh Jpers yang lain ..... Boim =confirm Tante Nha = confirm Sigit A = confirm Kris Ibenk Rera Aji Timmy Gonjes Yuli Yani cowok Obie Bule lele Ira Faris Redi Ucit Andy Ray Andreas Tonny M

Perjalanan 7: Segelas Kopi di Danau Muram

Kesendirian menghadirkan ingatan-ingatan masa lalu yang suram. Bayangan tentang kegagalan, kecenderungan kekecewaan dan frustasi masa silam. Semua bergulir pelan, menyiksa batin yang berontak ingin melepaskan semuanya. Menunggu tangan-tangan kuat untuk mengangkat penderitaan yang berkarat itu. Yah.. kesendirian yang seharusnya menyenangkan, namun sering kali hanya pelarian. Angin sore dari hutan bambu berhembus pelan. Mengerakkan batang-batang berbuku saling bergesekan, menciptakan decit yang mengganggu pendengaran. Aku mempercepat langkah mengikuti arah yang ditunjukkan Lelaki itu. Meloncati beberapa akar dan tanah becek. Hingga kecerobohan membuat aku terjerembab ke tepi danau. Dari kejauhan, aku melihat Dia tertawa senang. "Senang sekali melihat orang menderita!" runtukku ketika sampai didekatnya. Dia makin tertawa dengan lepasnya. "Kopinya sudah habis. Kelamaan sih sampe sininya," ujarnya menggoda. "Ah, nyesel udah lari sampe nyungsep ga ada hasil. Kotor se

Lelaki – Pengelana dan Setangkai Lily

Pada dasarnya, hidup adalah pengarungan waktu yang berujung pada sebuah keputusan. Terus menerobos mencari persinggahan, kemudian memutuskan untu tinggal selamanya, atau mengembara terus, mencar sesuatu yang belum tentu ada. Kepuasan batin yang kemudian menjadi alasan, lama-lama seperti pembenaran dari sebuah ketidakjujuran hati, akan perlunya dermaga untuk melabuhkan bahtera tanpa nama itu. Seorang pengelana di neger ginseng, Korea, melintasi gunung bukit, mengarungi lautan, menempuh jalanan berkilo-kilo meter, sebagai seorang pelukis. Pada kedalaman hutan-hutan tidak berpenghuni, dia mendapati sejuta kecemerlangan kehidupan. Kesunyian menghadirkan syair-syair dalam bahasa cinta yang manis. Meski dia belum tau persis, apa makna dari mencintai itu sebenarnya. Namun, dia tak pernah berfikir untuk  berhenti mengembara. Sang pengelana itu, pada hari malam dan cuaca dingin, jauh dari kampung halamannya, singgah di warung seorang  janda beranak satu, yang mulai remaja. Sang Janda, meny